3.
Para
Ketua Yahudi Hendak Memperdayakan Nabi SAW.
Diriwayatkan,
bahwa sebagian dari ketua-ketua dan pemimpin-pemimpin Yahudi, antara lain Ka'ab
bin Asad, Ibnu Shaluba, Abdullah bin Shuriya, dan Sya's bin Qais mengadakan
musyawarah untuk memperdayakan Nabi SAW. Dalam permusyawaratan itu mereka
memutuskan akan pergi bersama-sama kepada Nabi SAW.
Kata mereka :
اِذْهَبُوْا
بِنَا اِلَى مُحَمَّدٍ لَعَلَّنَا نَفْتِنُهُ عَنْ دِيْنِهِ فَاِنَّمَا هُوَ
بَشَرٌ.
Marilah
kita pergi bersama-sama kepada Muhammad, barangkali kita dapat memperdayakannya
dari agamanya, karena ia juga seorang manusia
biasa.
Kemudian
pada waktu yang telah ditentukan, mereka berangkat bersama-sama untuk menjumpai
Nabi SAW.
Setelah mereka ada di hadapan beliau, lalu berkata
:
يَا
مُحَمَّدُ، اِنَّكَ قَدْ عَرَفْتَ اَنَّا اَحْبَارُ يَهُوْدَ وَ اَشْرَافُهُمْ وَ
سَادَتُهُمْ، وَ اَنَّا اِنِ اتَّبَعْنَاكَ اِتَّبَعَتْكَ يَهُوْدُ وَ لَمْ
يُخَالِفُوْنَا، وَ اَنَّ بَيْنَنَا وَ بَيْنَ بَعْضِ قَوْمِنَا حُصُوْمَةً
اَفَنُحَاكِمُهُمْ اِلَيْكَ فَتَقْضِى لَنَا عَلَيْهِمْ، وَ نُؤْمِنُ بِكَ وَ
نُصَدِّقُكَ.
"Ya
Muhammad, sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa kami adalah pendeta-pendeta
dan bangsawan-bangsawan dan pemimpin-pemimpin kaum
Yahudi.
Jika kami mengikuti kamu, tentu orang-orang Yahudi pun akan mengikuti kamu, dan mereka tidak akan berani menyalahi
kami. Sesungguhnya diantara kami dan kaum kami sedang ada
perselisihan. Dan kami akan menyerahkan urusan
itu kepadamu, lalu kamulah yang memutuskan urusan itu kepada kami. Tetapi kami
meminta supaya kamu memenangkan kami, dan jika kamu mau tentu kami akan percaya
kepadamu dan membenarkanmu".
Demikianlah
perkataan mereka kepada Nabi SAW.
Tetapi beliau di kala itu menolak permintaan mereka itu,
karena beliau mengerti bahwa tawaran mereka yang demikian itu hanya tipu daya
saja, satu tawaran yang sengaja dibuat untuk memperdaya beliau, agar
meninggalkan hukum-hukum yang diturunkan oleh Allah kepada beliau.
Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW
:
وَ
اَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللهُ وَ لاَ تَتَّبِعْ اَهْوَآءَهُمْ
وَاحْذَرْهُمْ اَنْ يَفْتِنُوْكَ عَنْ بَعْضِ مَآ اَنْزَلَ اللهُ اِلَيْكَ، فَاِنْ
تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ اَنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ اَنْ يُصِيْبَهُمْ بِبَعْضِ
ذُنُوْبِهِمْ، وَ اِنَّ كَثِيْرًا مّنَ النَّاسِ لَفسِقُوْنَ. اَفَحُكْمَ
اْلجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَ، وَ مَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ
يُوْقِنُوْنَ.
المائدة:49-50
Dan
hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah
diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan dosa-dosa
mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang
yang fasiq. Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum)
siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yaqin ?.
[QS. Al-Maidah : 49-50]
Dengan
firman Allah tersebut, putuslah harapan para ketua dan pemuka kaum Yahudi untuk
memperdayakan dan membelokkan Nabi SAW dari hukum-hukum Allah yang diturunkan
kepada beliau.
4.
Sebagian dari Ketua Yahudi Hendak Membinasakan Nabi SAW
Diriwayatkan,
bahwa pada suatu waktu salah seorang shahabat Nabi SAW bernama 'Amr bin Umayyah
Adl-Dlamriy membunuh doa orang Yahudi dari Banu Sulaim, dengan tidak disengaja.
'Amr membunuh dua orang tadi di tengah jalan, dan dia tidak
mengetahui bahwa kedua orang itu dari kaum Yahudi yang dikala itu masih ada
ikatan perjanjian keamanan dari Nabi SAW. Kemudian
golongan orang Yahudi yang terbunuh itu mengadukan peristiwa tersebut kepada
Nabi SAW dan mengajukan permintaan diyatnya
(tebusannya).
Oleh
karena Nabi SAW pernah mengadakan perjanjian pershahabatan dan perdamaian dengan
kaum Yahudi, yang antara lain harus tolong-menolong atau bantu-membantu dalam
kesusahan dan kesulitan, maka beliaupun pergi ke kampung Yahudi Banu Nadlir.
Kepergian beliau diantar oleh sebagian para shahabatnya, antara lain Abu Bakar,
'Umar, 'Utsman dan 'Ali, dan kepergian beliau itu untuk meminta bantuan guna
membayar diyat orang yang terbunuh tersebut, sebagaimana bunyi perjanjian
mereka.
Ketika
Nabi SAW menemui sebagian dari ketua-ketua kaum Yahudi Banu Nadlir dan
menyatakan tujuan kedatangan beliau kepada mereka, maka mereka itupun
menunjukkan kebaikan dan keramahannya, dan menyatakan persetujuannya, yang
seolah-olah mereka bersedia dan suka membantu kepada Nabi SAW. Maka Nabi SAW
dipersilakan duduk untuk menunggu mereka, karena mereka mengatakan akan mengumpulkan bantuan itu.
Dalam
satu riwayat dikatakan bahwa diantara mereka ada yang mengatakan, "Bahkan ya
Abal Qasim, sudah lama kita tidak bertemu dan baru sekarang ini engkau datang
meminta pertolongan kepada kami.
Duduklah engkau sejenak, karena kami ingin menjamu engkau terlebih dulu, dan
sehabis makan nanti kami akan memberikan pertolongan dan
permintaanmu".
Tetapi
mereka berlaku yang demikian itu dengan mengandung maksud tertentu, yaitu
mencari kesempatan untuk membinasakan beliau.
Huyaiyyi
bin Akhthab, seorang ketua Yahudi Banu Nadlir yang terkenal amat memusuhi Nabi
SAW ketika itu telah berkata kepada beberapa orang dari kaumnya, bahwa mereka
supaya mengambil batu besar dan supaya dijatuhkan dari atas tepat mengenai
kepala Nabi SAW yang sedang duduk. Maka Nabi SAW ketika itu
dipersilakan duduk dan dijamu sambil diajak bicara bermacam-macam soal.
Mereka melakukan demikian itu sebagai tipu muslihat supaya
mereka sempat mengambil dan mengangkat sebuah batu besar ke atas
rumah.
Tetapi
maksud mereka yang sejahat itu diketahui oleh Allah, maka Allah memberitahu
kepada Nabi SAW sebelum mereka sempat melakukan kehendaknya yang sangat jahat
itu.
Dan Nabi SAW seketika itu keluar dan meninggalkan tempat itu
dengan tidak berkata sepatah katapun kepada mereka, dan pulang dengan diikuti
oleh para shahabat yang mengantar beliau.
Dengan
demikian, maka maksud mereka yang sejahat itu telah gagal.
Sehubungan
dengan peristiwa tersebut Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW :
ياَيُّهَا
الَّذِيْنَ امَنُوْا اذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ اِذْ هَمَّ قَوْمٌ اَنْ
يَبْسُطُوْا اِلَيْكُمْ اَيْدِيَهُمْ فَكَفَّ اَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَ اتَّقُوا
اللهَ، وَ عَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ اْلمُؤْمِنُوْنَ.
المائدة:11
Hai
orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat
Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, diwaktu suatu kaum bermaksud memggerakkan
tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari
kamu. Dan bertaqwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang
mukmin itu harus bertawakkal.
[Al-Maidah : 11]
5. Sikap Kaum Yahudi dalam Menyembunyikan
Kebenaran.
Diriwayatkan,
bahwa Mu'adz bin Jabal, Sa'ad bin Mu'adz dan Kharijah bin Zaid pernah bertanya
kepada segolongan pendeta-pendeta Yahudi tentang sebagian apa yang terkandung dalam Taurat, tetapi mereka
menyembunyikannya dan enggan memberitahukannya kepada para shahabat Nabi
itu.
Memang
para ketua Yahudi pada umumnya telah mengingkari tentang keadaan Nabi-nabi
mereka yang mengkhabarkan dan menggembirakan akan
datangnya Nabi Muhammad SAW dan kerasulannya. Mereka biasa mengatakan bahwa
nabi-nabi mereka ada mengkhabarkan sebagiannya akan kedatangan sebagian yang
lain, sedang dalam urusan itu mereka tidak pernah memberikan khabar, bahwa akan
ada seorang Nabi yang akan diutus dari golongan bangsa Arab, dari keturunan
Isma'il. Maka sehubungan dengan sikap pendeta Yahudi itu, Allah menurunkan wahyu
kepada Nabi SAW :
اِنَّ
الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ اْلبَيّنَاتِ وَ اْلهُدى مِنْ بَعْدِ
مَا بَيّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِى اْلكِتبِ، اُولئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللهُ وَ
يَلْعَنُهُمُ اللّعِنُوْنَ. البقرة:159
Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yangjelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula)
oleh semua (makhluq) yang dapat melaknati.
[QS. Al-Baqarah : 159]
Dan
diriwayatkan pula, bahwa para ketua dan para ulama kaum Yahudi pada umumnya pada
waktu itu biasa mendapat hadiah atau pemberian yang berupa bahan makanan dan
sebagainya dari kaum pengikut mereka, dan selama itu pula mereka senantiasa
mengharap-harap agar supaya lekas dibangkitkan seorang Nabi akhir
zaman.
Dalam sangkaan mereka dikala itu bahwa Nabi akhir zaman yang akan dibangkitkan itu adalah dari keturunan Israil juga,
karena begitulah kebiasaan dari kebanyakan para Nabi. Maka tatkala Nabi Muhammad
SAW telah dibangkitkan, yangmana beliau bukan dari keturunan Israil sebagaimana
yang telah lama mereka sangka, maka mereka khawatir akan kehilangan hadiah atau
pemberian yang biasa diterima dari para pengikut mereka, dan takut pula akan
kemerosotan kedudukan mereka selaku ketua dan ulama Yahudi yang telah biasa
dihormati oleh kebanyakan orang yang ada di dalam lingkungan masyarakat mereka.
Oleh sebab itu dan lain-lain sebab lagi, maka mereka berani menyembunyikan
sifat-sifat Nabi Muhammad SAW dan keterangan-keterangan akan datangnya beliau itu.
Sehubungan
dengan adanya peristiwa yang sedemikian itu, Allah menurunkan wahyu-Nya kepada
Nabi SAW :
اِنَّ
الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلَ اللهُ مِنَ اْلكِتبِ وَ يَشْتَرُوْنَ بِه
ثَمَنًا قَلِيْلاً اُولئِكَ مَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ اِلاَّ النَّارَ وَ
لاَ يُكَلّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَ لاَ يُزَكّيْهِمْ وَ لَهُمْ عَذَابٌ
اَلِيْمٌ.
البقرة:174
Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah
diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit
(murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya
melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari qiyamat
dan tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat
pedih.
[QS. Al-Baqarah : 174]
Demikianlah
cara dan sikap kaum Yahudi dalam menyembunyikan
kebenaran yang telah diturunkan oleh Allah kepada Nabi Musa yang sebenarnya
telah mereka ketahui.
6.
Penolakan Kaum Yahudi Terhadap Kenabian Nabi Muhammad SAW
Kaum
Yahudi di masa sebelum Nabi Muhammad SAW diutus, terutama dari mereka yang diam
di kota
Madinah, mereka selalu terdesak oleh kaum kafir penyembah berhala. Meskipun
telah berbagai propaganda yang dipergunakan oleh mereka untuk menerangkan kepada
kaum musyrikin Arab terutama yang dari golongan Aus dan Khazraj, antara lain
mereka menerangkan bahwa tidak beberapa lama lagi Allah akan membangkitkan
seorang utusan-Nya, namun mereka itu tetap terdesak dan dikalahkan oleh kaum
Arab penyembah berhala, dan mereka selalu mendapat bantahan keras, sehingga
karenanya diantara ketua-ketua dan pendeta-pendeta mereka di kala itu mengatakan
bahwa seorang Nabi yang akan dibangkitkan oleh Allah itu nanti yang akan
memberikan bantuan kepada kaum Yahudi untuk membasmi pemeluk agama penyembah
berhala dari muka bumi ini, dan Nabi itulah kelak yang akan menguatkan agama
Nabi Musa.
Maka
dengan adanya peristiwa tersebut, tatkala Nabi Muhammad SAW telah dibangkitkan,
banyak dari kaum Arab Aus dan Khazraj yang mengikut Islam.
Tetapi kaum Yahudi pada umumnya tidak mau beriman kepada
beliau, bahkan mengkafirinya. Dan dikala ada shahabat Nabi SAW memberikan
peringatan dan berkata kepada mereka
:
يَا
مَعْشَرَ يَهُوْدَ، اِتَّقُوا اللهَ وَ اَسْلِمُوْا فَقَدْ كُنْتُمْ
تَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَيْنَا بِمُحَمَّدٍ وَ نَحْنُ اَهْلُ شِرْكٍ، وَ
تُخْبِرُوْنَنَا اَنَّهُ مَبْعُوْثٌ، وَ تَصِفُوْنَهُ لَنَا بِصِفَتِهِ.
"Wahai
golongan Yahudi, takutlah kamu kepada Allah dan Islamlah kamu. Pada waktu dulu
kamu mengharapkan kemenangan atas kami dengan mengharapkan kedatangan Nabi
Muhammad, sedangkan pada waktu itu kami masih orang-orang musyrik. Dan kamu
memberitahukan kepada kami bahwa Nabi itu akan segera
dibangkitkan dan kamu juga menerangkan shifat-shifatnya kepada
kami.
Sallam
bin Misykam, seorang pendeta Yahudi setelah mendengar perkataan yang sedemikian
itu lalu menyahut dengan congkak
:
مَا
جَاءَنَا بِشَيْءٍ نَعْرِفُهُ وَ مَا هُوَ بِالَّذِيْ كُنَّا نَذْكُرُهُ
لَكُمْ.
Dia
tidak datang dengan sifat-sifat yang kami kenal, dan bukan itu yang pernah kami
sebutkan kepada kamu dahulu".
Sehubungan
dengan peristiwa itu maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi SAW :
وَ
لَمَّا جَآءَهُمْ كِتبٌ مّنْ عِنْدِ اللهِ مُصَدّقٌ لّمَا مَعَهُمْ وَ كَانُوْا
مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْا، فَلَمَّا جَآءَهُمْ مَّا
عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِه، فَلَعْنَةُ اللهِ عَلَى اْلكفِرِيْنَ.
البقرة:89
Dan
setelah datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada
pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk
mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka
apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah lah atas orang-orang yang ingkar itu.
[QS. Al-Baqarah : 89]
Demikianlah,
kaum Yahudi mengkafiri kenabian dan kerasulan Nabi Muhammad SAW yang sebenarnya
telah lama merekakenal itu, lantara kedengkian mereka, atau lantaran mereka
khawatir hilang pengaruh kebesaran dan kependetaan mereka dan lain
sebagainya.
No comments:
Post a Comment